Oleh: Wilhelmus Wele
Mahasiswa STFT Fajar Timur-Papua
SIRI-PINANG
SEBAGAI MEDIA PEMERSATU
MASYARAKAT
DI TANAH PAPUA
Siri-pinang merupakan warna yang
istimewa dalam kehidupan masyarakat Papua. Hampir semua masyarakat Papua
tergila gila dengan buah pinang. Sebuah perspektif yang menarik bagi saya ialah
salah satu ungkapan dari salah satu mama
Papua yang menjual siri-pinang di kompleks terminal Ekspo-Waena. Ungkapannya
demikian “ Pokoknya orang Papua yang tra makan siri-pinang itu bukan orang
Papua”. Selain ungkapan ini, ada juga salah satu ungkapan dari seorang sopir
(asal NTT) taksi jalur Ekspo-Abe yang diperkirakan sudah 12 tahun merantau di
tanah Papua. Ungkapannya demikian “Pokoknya tidak gaul kalau tinggal di tanaha
Papua tetpi tidak tahu makan siri-pinang”.
Buah pinang dikonsumsi oleh semua generasi baik
pendatang yang merantau di tanah Papua maupun orang asli Papua. Tak hanya
generasi tua tetapi generasi muda dan anak-anak juga mengkonsumsinya. Ungkapan
yang menarik dari salah satu anak sekolah SMA ketika saya bertanya “Adik ! enak-kah makan siri-pinang itu?”.
Sebuah jawaban yang membingungkan saya namun menarik. Jawabannya demikian “Bentuk buah ya kecil imut itu, seimut jari
manisku ini dan berwarna hijau itu, bikin sesuatu deh...!”.
Dalam kalangan masyarakat Papua, kegemaran
makan siri pinang merupakan sebuah budaya turun temurun dan juga sekaligus
merupakan bagian dari pengikat solidaritas masyarakat Papua. Kegiatan makan
siri-pinang dapat dilakukan dimana saja. Bisa dilakukan di pinggiran jalan saat
berjumpa dengan orang-orang yang dikenal maupun orang-orang yang tidak dikenal,
bisa dilakukan di pasar, dalam mobil, di terminal dan lain-lain. Sekali pun
tidak saling mengenal antara yang satu dengan yang lain, tetapi kalau ada siri
pinang pasti dengan sendirinya akan saling mengenal, membangun komunikasi dan
relasi yang sangat baik.
Sepintas
melihat, siri-pinang juga bukan merupakan barang yang khas dimakan oleh orang
Papua saja tetapi setiap orang yang non papua atau mereka yang berwisata ke Papua.
Ungkapan yang menarik dari orang-orang yang berwisata ke Papua ialah bahwa
kalau belum makan siri pinang selain makan sagu/papeda berarti belum ke papua.
Sehingga makan siri pinang merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan oleh
kehidupan sosial masyarakat Papua, makan siri-pinang merupakan ciri khas budaya
masyarakat Papua.
Pada
sisi lain, saya menemukan ada juga masyarakat Papua yang tidak makan siri
pinang sama sekali, tetapi kalau diajak atau dikasih dari seorang teman,
langsung dengan sendirinya mereka akan makan siri-pinang tersebut karena bagi
mereka itu merupakan tanda kebersmaan yang harmonis.
Makan
siri pinang memang tidak lazim lagi untuk dibicarakan dalam masyarakat Papua
dan NTT serta beberapa daerah lainnya. Di daerah NTT, makan siri pinng itu
dapat meberikan semangat saat bekerja, menjadi hidangan bagi setiap tamu yang
datang ke rumah dan merupakana pelengkap dalam setiap acara-acara resmi seperti
upacara adat. Bagi saya sendiri, pertama kali makan siri-pinang saat berada di
tanah Papua dan itu pun karena bukan paksaan tetapi saya merasa kalau saya
sendiri belum makan pinang seperti teman-teman saya, itu berarti saya bukan
berada di tanah Papua.
Cara makan siri-pinag secara
singkat:
Mahkota
pinang dikupas dengan tangan, kulit dikupas dengan gigi. Usai dikupas, kunya
biji pinang hingga hancur dan halus. Pertama akan sangat mengejutkan, ada rasa
pahit dan sepat luar biasa yang menyeruak di mulut. Ini mengundag air liur
berproduksi terus-menerus dalam jumlah yang banyak, bercampur dengan sari
pinang. Langkah selanjutnya adalah mencocolkan batang sirih ke kapur, kemudian
digigit dan dikunyah bersama pinang. Hal yang perlu diperhatikan saat menggigit
sirih ialah jangan membiarkan kapur menyentuh lidah, karena bisa membuat lidah
terbakar. Kunyah terus hingga warna pinang memerah.
Penjelasan singkat mengenai pinang,
sirih dan kapur:
Ø Pinang,
berasal dari tanah Malaya, bagi orang Papua bisa diibaratkan seperti kudapan
sehari-hari.
Ø Sirih,
merupakan tanaman tropis, tanaman asli yang tumbuh merambat atau bersandar pada
batang pohon lain. Daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang,
tembakau dan kapur.
Ø Kapur,
diperoleh dari hasil pemrosesan cangkang kerang atau pembakaran batu kapur.
Secara fisik, warnanya putih bersih tetapi reaksi kimianya bisa menghancurkan.
Mengkonsumsi
siri-pinang di tanah Papua, ibarat makan makanan ringan hari-hari seperti
permen. Kini saya melihat bahwa siri-pinang benar-benar menjadi bagian dalam
kehidupan masyarakat Papua pada umumnya mulai dari masyarakat yang berada di
wilayah pesisir hingga masyarakat yang berada di wilayah pegunungan Papua.
Dengan
melihat kenyataan bahwa eksistensi siri-pinang dapat mempersatukan semua orang
yang berada di tanah Papua, maka saya sebagai orang yang berada di tanah Papua
ini dengan berani untuk mengajak semua pace-mace untuk tingkatkan budaya makan
siri-pinang di tanah Papua (Myama tane
ndekar ngatan).