Rabu, 12 Oktober 2016

PINANG SEBAGAI SALAH SATU MEDIA PEMERSATU ORANG PAPUA

Oleh: Wilhelmus Wele
Mahasiswa STFT Fajar Timur-Papua


SIRI-PINANG SEBAGAI MEDIA PEMERSATU
MASYARAKAT DI TANAH PAPUA

              Siri-pinang merupakan warna yang istimewa dalam kehidupan masyarakat Papua. Hampir semua masyarakat Papua tergila gila dengan buah pinang. Sebuah perspektif yang menarik bagi saya ialah salah satu ungkapan  dari salah satu mama Papua yang menjual siri-pinang di kompleks terminal Ekspo-Waena. Ungkapannya demikian “ Pokoknya orang Papua yang tra makan siri-pinang itu bukan orang Papua”. Selain ungkapan ini, ada juga salah satu ungkapan dari seorang sopir (asal NTT) taksi jalur Ekspo-Abe yang diperkirakan sudah 12 tahun merantau di tanah Papua. Ungkapannya demikian “Pokoknya tidak gaul kalau tinggal di tanaha Papua tetpi tidak tahu makan siri-pinang”.
Buah pinang dikonsumsi oleh semua generasi baik pendatang yang merantau di tanah Papua maupun orang asli Papua. Tak hanya generasi tua tetapi generasi muda dan anak-anak juga mengkonsumsinya. Ungkapan yang menarik dari salah satu anak sekolah SMA ketika saya bertanya “Adik ! enak-kah makan siri-pinang itu?”. Sebuah jawaban yang membingungkan saya namun menarik. Jawabannya demikian “Bentuk buah ya kecil imut itu, seimut jari manisku ini dan berwarna hijau itu, bikin sesuatu deh...!”.
 Dalam kalangan masyarakat Papua, kegemaran makan siri pinang merupakan sebuah budaya turun temurun dan juga sekaligus merupakan bagian dari pengikat solidaritas masyarakat Papua. Kegiatan makan siri-pinang dapat dilakukan dimana saja. Bisa dilakukan di pinggiran jalan saat berjumpa dengan orang-orang yang dikenal maupun orang-orang yang tidak dikenal, bisa dilakukan di pasar, dalam mobil, di terminal dan lain-lain. Sekali pun tidak saling mengenal antara yang satu dengan yang lain, tetapi kalau ada siri pinang pasti dengan sendirinya akan saling mengenal, membangun komunikasi dan relasi yang sangat baik.
Sepintas melihat, siri-pinang juga bukan merupakan barang yang khas dimakan oleh orang Papua saja tetapi setiap orang yang non papua atau mereka yang berwisata ke Papua. Ungkapan yang menarik dari orang-orang yang berwisata ke Papua ialah bahwa kalau belum makan siri pinang selain makan sagu/papeda berarti belum ke papua. Sehingga makan siri pinang merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan oleh kehidupan sosial masyarakat Papua, makan siri-pinang merupakan ciri khas budaya masyarakat Papua.
Pada sisi lain, saya menemukan ada juga masyarakat Papua yang tidak makan siri pinang sama sekali, tetapi kalau diajak atau dikasih dari seorang teman, langsung dengan sendirinya mereka akan makan siri-pinang tersebut karena bagi mereka itu merupakan tanda kebersmaan yang harmonis.
Makan siri pinang memang tidak lazim lagi untuk dibicarakan dalam masyarakat Papua dan NTT serta beberapa daerah lainnya. Di daerah NTT, makan siri pinng itu dapat meberikan semangat saat bekerja, menjadi hidangan bagi setiap tamu yang datang ke rumah dan merupakana pelengkap dalam setiap acara-acara resmi seperti upacara adat. Bagi saya sendiri, pertama kali makan siri-pinang saat berada di tanah Papua dan itu pun karena bukan paksaan tetapi saya merasa kalau saya sendiri belum makan pinang seperti teman-teman saya, itu berarti saya bukan berada di tanah Papua.
Cara makan siri-pinag secara singkat:
Mahkota pinang dikupas dengan tangan, kulit dikupas dengan gigi. Usai dikupas, kunya biji pinang hingga hancur dan halus. Pertama akan sangat mengejutkan, ada rasa pahit dan sepat luar biasa yang menyeruak di mulut. Ini mengundag air liur berproduksi terus-menerus dalam jumlah yang banyak, bercampur dengan sari pinang. Langkah selanjutnya adalah mencocolkan batang sirih ke kapur, kemudian digigit dan dikunyah bersama pinang. Hal yang perlu diperhatikan saat menggigit sirih ialah jangan membiarkan kapur menyentuh lidah, karena bisa membuat lidah terbakar. Kunyah terus hingga warna pinang memerah.
Penjelasan singkat mengenai pinang, sirih dan kapur:
Ø  Pinang, berasal dari tanah Malaya, bagi orang Papua bisa diibaratkan seperti kudapan sehari-hari.
Ø  Sirih, merupakan tanaman tropis, tanaman asli yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur.
Ø  Kapur, diperoleh dari hasil pemrosesan cangkang kerang atau pembakaran batu kapur. Secara fisik, warnanya putih bersih tetapi reaksi kimianya bisa menghancurkan.
Mengkonsumsi siri-pinang di tanah Papua, ibarat makan makanan ringan hari-hari seperti permen. Kini saya melihat bahwa siri-pinang benar-benar menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Papua pada umumnya mulai dari masyarakat yang berada di wilayah pesisir hingga masyarakat yang berada di wilayah pegunungan Papua.
Dengan melihat kenyataan bahwa eksistensi siri-pinang dapat mempersatukan semua orang yang berada di tanah Papua, maka saya sebagai orang yang berada di tanah Papua ini dengan berani untuk mengajak semua pace-mace untuk tingkatkan budaya makan siri-pinang di tanah Papua (Myama tane ndekar ngatan).