TINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DI NTT
Willy Wele, Mahasiswa STFK Ledalero

Apakah sifat seperti ini yang diharapkan
dalam diri anak-anak?
Sebagai orang yang peduli dengan
anak-anak NTT, saya menyarankan kepada semua pihak yang bertanggungjawab untuk
mendidik ana-anak NTT ini untuk menanamkan kebiasaan membaca terhadap anak-anak
sesuai dengan usia-usia mereka. Contohnya, pada usia 5-7 tahun dilatih untuk
membaca ceritera anak-anak dan ceritera-ceritera suci lainnya. Pada usia 8-12
tahun dilatih untuk membaca ceritera-ceritera tentang bangsa Indonesia dan
menceriterakan kembali kepada sesame teman-temannya. Pada usia 23-15 tahun
dilatuh untuk membaca puisi dan mencoba untuk menulis puisi. Pada usia 16-20
tahun harus sudah mempunyai kerinduan dalam diri untuk membaca
sebanyak-banyaknya.
Dengan
membaca, anak-anak akan memperoleh wawasan yang luas dan mampu untuk
berargumentasi. Membaca juga dapat menolong orang untuk berlinguistik secara
baik dan benar. Membaca menolong orang untuk berbicara sambil berpikir dan
perpikir sambil berbicara. Berbicara merupakan alat komunikasi paling efektif dan
efesien. Persoalan berbicara tak dapat dilepaskan sejak sejarah manusia mulai
diperkenalkankan. Bahkan Allah SWT memiliki sifat kalam artinya Maha
Berfirman. Itulah sebabnya Nabi Musa ketika lidahnya kurang begitu fasih
berbicara, maka Allah membimbing dia dengan seubua doa.
Imam menyebutkan bahwa yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia itu disebut hayawanun
nathiqun artinya “binatang yang pandai berbicara. Meskipun secara etika sepertinya
terlalu berana beliau menyebut manusia dengan binatang. Demikian pula
orang-orang yang mampu mengubah sejarah peradaban dunia, Mereka itu pada
umumnya sangat piawai dalam mengolah kata dan bermain kalimat. Mulai dari para
filusuf Yunani seperti Socrates, Aristoteles, dan Plato. Sampai dengan para
politikus, dan negarawan seperti Hitler, Musolini, Thomas Aquinas, Montesqueu,
hingga negarawan kita yang cukup mahir dalam berorator seperti Bung Karno dan
Bung Tomo.
Kita juga tentu sering tertegun
menyimak pembicaraan para da’i kondang, seperti KH. Zaenuddin MZ, Aa Gym, Ust.
Jepri Al-Bukhari, dan Ust. Arifin Ilham. Mereka memiliki karakter gaya bicara
yang berbeda dan pendengar akan terlena dalam buaian kata-kata indah mereka.
Kesimpulannnya adalah bahwa berbicara yang baik dan bermakna akan mengandung kekuatan
spiritual tersendiri.
Berbahasa Indonesia yang baik
merupakan bagian identitas bangsa. Seyogyanya berbicara yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku harus dapat disosialisasikan
oleh para publik figur, selebritis, di negeri ini. Indikasi “pengrusakkan”
kaidah bahasa Indonesia era sekarang kiranya didominasi oleh bahasa iklan di
media masa.
Penggunaan bahasa dan isitilah asing
yang diadopsikan ke dalam bahasa Indonesia seharusnya dibatasi. Kalau tidak
bisa disederhanakan oleh si pembicara sebaiknya tidak perlu diucapkan. Akan
tetapi justru gejala ini dibuat sengaja oleh orang-orang yang masih
setengah-setengah mengenyam pendidikan tinggi. Atau demi gengsi-gengsian mereka
berbicara yang sok ilmiah. Ironisnya, justru mereka sendiri tidak
mengerti apa sebenarnya isi pembicaraannya.
Sya’ir-sya’ir lagu, bahasa iklan,
bahasa dialog sinetron/film (dengan tanpa mengurangi kebebasan berekspresi)
sebaiknya selalu memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sepanjang sejarah, kongres bahasa
Indonesia itu sudah sering dilaksanakan. Sehingga yang disebut dengan EYD entah
akan berapa kali lagi akan disempurnakan. Barangkali akan lebih monumental jika
gramatikal bahasa Indonesia itu secara resmi diundangkan. Dengan segala
implikasinya, layaknya sebuah undang-undang (lengkap dengan sanksi hukum, jika
ada penyalahgunaan istilah atau lainnya).
Lalu, ada apa dengan tata bahasa
Indonesia ? Mengapa selalu berubah-ubah ?. Hal ini didak lain disebabkan karena
kuatnya pengaruh suhu politik. Contohnya, setiap kali ganti mentri/ kabinet
maka setiap kali ganti istilah. SMP jadi SLTP kembali lagi ke SMP, SMA jadi SMU
kembali lagi ke SMA.
Kunjungilah perpustakaan Daerah
setempat!
Putera dan puteri NTT yang tercinta
jangan mengisi kekosongan anda dengan mabuk-mabukan, balap-balapan dan berdugem
dimana-mana. Kerena tindakan-tindakan ini akan mencelakakan diri sendiri dan
mengganggu ketenteraman wilayah NTT dan bangsa Indonesia. Saya mengharapkan
agar kita semua tetap mengisi kekosongan kita dengan membaca. Jika tidak
memiliki buku-buku untuk membaca, kunjungilah perpustakaan daerah setempat dan
membacalah buku-buku yang disiapkan sebanyak-banyaknya.
Gudang ilmu putera dan puteri NTT…
Pihak pemerintah yang bertanggungjawab
terhadap perpustakaan daerah supaya memperhatikan buku-buku di perpustakaan
daerah dan mendatangkan kembali buku-buku terbaru bagi putera dan puteri NTT.
selamat
membaca putera dan puteri NTT………………………………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar