Minggu, 05 Oktober 2014

WARTEL 05 OKTOBER 2014



PERCIK
IMAN KOSMETIK
                Ya, kosmetik! Siapa yang tidak mengenalnya? Sejak membuka mata di pagi hari hingga menutup mata lagi di malam hari, kita semua pasti bergaul dengan yang satu ini. Kosmetik ini bermacam-macam. Sebut saja, ada lipstick, bedak, lotion dan lain-lain. Pada dasarnya, kosmetik hadir dengan tujuan untuk memperindah orang yang mengenakannya. Namun sayang beribu sayang, keindahan yang dihasilkan oleh kosmetik hanya bersifat sementara saja. Keringat, hempasan angin atau debu dapat dengan mudah melenyapkan keindahannya seketika. Kalau begitu adanya dapat disimpulkan bahwa kosmetik hanyalah sebuah manipulasi pasaran belaka dan dengannya, kita tak bakal menemukan keindahan yang sejati.  Sederhananya, sifat “tahan lama” begitu jauh dari yang namanya “kosmetik.”
            Belajar dari kosmetik, sekarang kita diajak beralih ke penghayatan iman kita sehari-hari. Dalam kehidupan iman kita sehari-hari, tak bisa kita sangkali bahwa terkadang kita menemukan adanya “iman-iman kosmetik.” Iman kosmetik adalah iman yang tak tahan lama dan mudah luntur seketika tatkala dihadapkan dengan suatu kenyataan hidup yang runyam. Jika kita mau bukti, kita dapat mengamati kenyataan akhir-akhir ini bahwa ada begitu banyak orang Katolik yang pindah agama dikarenakan permasalahan-permasalahan sepele. Misalkan saja dalam konteks kehidupan kita orang Maumere. Sejak dari dahulu, Flores termasuk Maumere dikenal sebagai basis Katolik yang kuat. Namun beberapa tahun terakhir ini, banyak orang Maumere yang katanya “sudah Katolik sejak dari kandungan ibu” beramai-ramai pindah agama. Alasannya sederhana, yakni menjadi Katolik tidak menjamin pemenuhan kebutuhan harian mereka. Agama Katolik tidak bisa memberikan mereka sekarung beras, sejerigen minyak, segepok uang dan lain-lain. Maka, tatkala aliran kepercayaan lain mampu memberikan mereka “hal-hal duniawi” demikian; dengan serta-merta iman Katolik kita tersebut luntur. Bagai kosmetik pasaran, kekatolikan kita sirna. Pertanyaannya sekarang, inikah arti “sudah Katolik sejak dari kandungan ibu”? Ironis…
            Gereja dewasa ini membutuhkan pengikut-pengikut Kristus yang yang beriman sejati, bukan iman kosmetik Ada begitu banyak masalah yang menghampiri Gereja akhir-akhir ini. Karena itu, Gereja begitu mengharapkan adanya ketahanan iman yang dewasa dalam diri putera-puteri-Nya. Apa jadinya Gereja jika iman yang hayati dan kembangkan hanyalah iman yang sekelas iman kosmetik? Kehancuranlah yang sudah pasti bakal kita renggut. Maka dari itu, ingatlah bahwa hanyalah iman sejati yang amat dibutuhkan Gereja dewasa ini dan kita diajak untuk mengusahakannya sehari-hari. Kosmetik hendaknya digunakan sebatas pada tampilan luar kita semata dan jangan pernah sesekali merias iman kita dengan kosmetik. Sebab bukan keindahan yang terlihat, tetapi kematianlah yang datang meraja. *** Editor

 
GEMA SABDA:Mat. 21:33-43
PENOLAKAN
Batu yang dibuang oleh para pembangun…
Dalam bahasa Aram, batu diartikan dengan kata Eben dan anak diartikan dengan kata Ben. Dua kata ini sangat dekat pengucapannya. Karena itu Yesus yang adalah Anak mengandaikan diri-Nya dengan batu. Batu yang telah dibuang. Lebih daripada itu, Yesus mau menunjukkan kepada kita sikap penolakan diri-Nya dari orang-orang zaman-Nya.
Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur adalah situasi di mana manusia berhadapan dengan Allah. Tokoh-tokoh dalam kisah perumpamaan tersebut sebenarnya mewakili kehidupan manusia zaman ini ketika ia berelasi dengan Allah.
Allah telah memberi manusia kebebasan. Bukan hanya itu, tapi juga kebebasan yang dibarengi dengan fasilitas-fasilitas lengkap yang menunjang kehidupan manusia. Hal ini dapat dianalogikan dengan kebun anggur. Tetapi kebebasan itu telah disalahartikan. Kebebasan yang sebenarnya dibarengi dengan tanggung jawab, tidak dipedulikan. Manusia merasa bahwa bukan perwakilan yang mereka butuhkan tetapi Allah sendirilah yang harus hadir, face to face atau pertemuan empat mata. Namun, hal ini harus disadari bahwa Allah punya rencana yang tak pernah dipahami oleh manusia. Rencana yang akan terlaksana demi manusia.
Tak dapat dipungkiri bahwa penolakan terhadap Allah seringkali kita lakukan. Relasi yang kita bangun dengan Allah dibatasi oleh ruang pemikiran kita sendiri bahwa saya dan Allah hanyalah saya dan Allah tanpa perlu ada yang lain. Padahal Allah ingin relasi yang dibangun adalah relasi komunal karena Ia sebenarnya hadir dalam diri mereka yang mengulurkan tangan pada kita.
Yesus menyatakan diri-Nya adalah “Batu” yang telah dibuang mempunyai makna Teologis yakni penolakan manusia akan karya keselamatan Allah yang nyata melalui drama penyaliban Yesus. Namun Yesus tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan dengan yakin bahwa “Batu” itu telah menjadi “Batu” penjuru. Maknanya bahwa penolakan manusia sebenarnya telah membuka mata mereka sendiri untuk melihat keselamatan Allah yang telah dijanjikan-Nya sejak awal mula dunia ini ada, melalui kebangkitan Kristus.
Marilah kita mengenal Allah dalam setiap situasi hidup kita agar kita tidak selalu menolak Allah yang sebenarnya sudah hadir dalam kehidupan kita. Jadilah pekerja di kebun anggurnya dengan setia dan penuh cinta. Semoga…(Fr. Erik Watu O.Carm)

 

Serba-serbi

Apa yang Membuat Orang Kristen Berbeda
            Pada abad kedua atau ketiga, ada seorang kristen yang tak diketahui namanya menulis surat kepada Diognesus, yang membahas apa yang berbeda dari orang kristen. Orang kristen berbeda dari orang lain bukan karena negaranya, bahasanya, atau pun adat kebiasaan mereka. Mereka tidak tinggal di kota-kota miliknya sendiri. Mereka juga tidak menggunakan cara bicara mereka sendiri yang khusus. Hidup mereka pun tidak menunjukkan ciri-ciri yang eksklusif. Perilaku orang kristen tidak dibentuk oleh suatu pemikiran atau ideologi para ahli. Mereka juga tidak menyatakan diri sebagai pengajar doktrin atau ajaran yang semata-mata manusiawi. Tetapi mereka tinggal di kota-kota seperti kebanyakan orang lain, mengikuti hukum setempat yang mengatur mereka, mengikuti adat kebiasaan orang setempat dalam hal berpakain, makan serta berperilaku dalam seluruh rangkaian peristiwa. Mereka menunjukkan kepada kita cara hidup mereka yang baik. Mereka tinggal di negara mereka sendiri, tetapi semata-mata sebagai peziarah, sebagai musafir. Sebagai warga negara mereka tidak berbeda dari yang lain. ”tetapi mereka menghayati segala hal dengan sikap seolah-olah mereka orang asing.“ Pernyataan ini mengungkapkan sesuatu yang sangat berbeda dari cara hidup orang kristen yang membuat orang
mengagumi. Maka menjadi orang kristen harus berani bersaksi tentang iman dan menghayati iman secara sungguh dalam kehidupan setiap hari. Artinya hidup dengan cara tertentu sehingga menunjukkan bahwa hidup orang kristen benar-benar beda dengan orang lain.
(disaripatikan dari buku ”what is the point of being a christian?” oleh JZ. Deko Ria). *** Fr. Yos

Tajuk
INDAHNYA TANTANGAN

Tantangan harus dihadapi dengan “senyuman” iman, harapan dan kasih.
Namun di sisi lain tantangan harus dihadapi dengan akal budi, kesabaran, dan kemauan yang kuat untuk mencari jalan keluar.
Inilah keindahan hidup, jatuh bangun di dalam Dia yang mengutus aku.
Jangan pernah menyerah yang namanya tantangan yang ada dan menjadi terang sehingga yang gelap jangan menghampiri kita.

** Prisilia. Foulk. Amanas**     (Postulant SCMM)


 
WARTEL (WARTA KARMEL):  Moderator: Rm. John Djawa, O.Carm;   Redaksi:  Iren, Aldo, Ancis, Frengky, Fanco, Kons, Denis, Jhon, Erick, Patrick, Jairus. Willy, Yoman, Eka, Marton, Fandy, A. Ebe Os Ngani, Yoklin, Bal, Jhonter, Noven, Toing, YosKua, Yosef.
Alamat: Biara Karmel B. Dionisius, Wairklau-Maumere.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar