Sabtu, 11 Oktober 2014

WARTEL 12 OKTOBER 2014


GEMA SABDA: Mat 21:1-14

Banyak Yang Dipanggil, Sedikit Yang Dipilih.
Bapak Ibu, Saudara/I yang terkasih
Masyarakat kita tentu tidak asing lagi dengan pesta. Pestanya macam-macam: permandian, Sambut Baru, kelulusan, “lepas bujang”, pernikahan, syukuran Misa Perdana, dan seterusnya. Hampir setiap hal yang berhubungan dengan peristiwa penting dalam kehidupan dijadikan alasan untuk melaksanakan pesta. Karena sering berpesta, bisa juga dikatakan kalau kita-kita ini adalah para ahli pesta yang tahu banyak tentang bagaimana berpesta seturut kaidahnya. Menghargai orang lain dengan menghadiri undangannya atau menyampaikan alasan bila berhalangan merupakan tindakan etis yang diharapkan. Pakaian pesta, misalnya, juga merupakan satu persyaratan yang wajib dipenuhi. Pergi ke tempat pesta dengan pakaian sehari-hari di rumah saja sudah termasuk keanehan, apalagi dengan mengenakan pakaian olahraga. Kita bisa saja dianggap kurang waras.
Matius menampilkan kisah yang menarik sekaligus problematis untuk kita renungkan. Sama seperti kebiasaan masyarakat kita, orang Timur Tengah pun terbiasa berpesta. Tapi kali ini yang dikisahkan adalah Pesta Pernikahan yang diadakan Raja untuk anaknya. Kita dapat membayangkan betapa mewahnya pesta yang diadakan oleh
seorang Raja. Para tamu undangannya tentu saja orang-orang terhormat/ bangsawan yang di kemudian hari mampu mengundang Raja bila mereka mengadakan pesta serupa. Menariknya, sang Raja dalam kisah Injil tampaknya mengundang orang-orang “yang pergi ke ladangnya”, ada pula “yang pergi mengurus usahanya”. Mereka tentulah orang-orang biasa. Raja ini pun pastinya adalah seorang pemimpin yang sangat merakyat seperti pemimpin yang diidealkan bangsa kita saat ini. Tapi bukannya bersyukur karena diundang, orang-orang itu ‘malas tahu’, bahkan ada yang sampai menangkap, menyiksa, bahkan membunuh orang-orang suruhannya. Betapa tragisnya! Reaksi dan tindakan Raja kemudian patut dimaklumi sebagai balasan bagi orang-orang yang tidak tahu bersyukur itu. Kisah pun berlanjut. Sikap sang Raja kemudian makin problematis. Ia tanpa ampun menghukum pula seseorang yang kedapatan olehnya tidak berpakaian pesta. Bukankah Raja itu seorang yang merakyat, yang seharusnya mengerti bahwa orang itu dari pinggir jalan, sehingga mungkin saja ia tidak punya pakaian lain lagi yang lebih bagus untuk dikenakannya? Kita sejenak dibingungkan.
Kebingungan kita terjawab dalam satu ayat singkat. “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih…”. Sang Raja ialah Allah sendiri. Kita sekalian adalah orang-orang yang diundangNya, orang-orang yang dipanggilNya untuk keselamatan. Allah selalu lebih dahulu berinisiatif memanggil kita yang mudah rapuh karena dosa ini untuk kembali padaNya. Ia memberi kebebasan apakah kita mau memilihNya atau lebih memilih yang lain. Tanggapan dari pihak kita terhadap undangan Allah pun bervariasi. Cukup banyak yang acuh tak acuh, sibuk dengan urusan sendiri, terlena dengan hal-hal yang sementara, bahkan malah mempersalahkan Tuhan karena Ia memberi terlalu banyak kesulitan. Apa yang Allah buat? Ia memang tidak akan pernah sekejam sang Raja dalam kisah Injil. Yang dilakukanNya ialah memilih orang-orang yang tetap setia kepadaNya untuk menikmati kebahagiaan dalam hidup sehari-hari dan harapan akan kebahagiaan kekal di surga.
Bulan Rosario ini mengajak kita untuk belajar dari Bunda Maria. Bunda bersedia menjawab tawaran Allah dengan menjadi Ibu Tuhan ketika ia berujar: Terjadilah padaku menurut kehendakMu!.  Ia pun kemudian tetap setia menyertai Putranya di Jalan Salib, bahkan sampai menyaksikan kematianNya pada kayu palang itu. Ini suatu kenyataan terberat yang tidak semua ibu bisa melakukannya. Apa yang Allah berikan kepada Maria kemudian? Ia mengangkat Bunda Kristus ke hadiratNya di surga. Marilah kita tidak bersikap lalai dalam mendengar suara Allah yang sedang memanggil kita lebih dekat kepadaNya. Bunyi lonceng pertanda doa Rosario di KUB merupakan wujud paling sederhana Allah yang sedang memanggil itu. Cintailah Allah dengan berdoa Rosario bersama Bunda Maria.(Fr. Even,O.Carm)
   
PERCIK
PILIHAN
Sebagaian besar dari kita seringkali sulit untuk berkomitmen dengan apa yang menjadi pilihan. Kita bisa saja berujar “saya bisa”, tetapi belum tentu hal itu terealisasi dengan baik. Tak jarang komitmen yang kita bangun hanyalah sebuah sandungan bagi diri kita sendiri, dimana pilihan itu lahir dari otak yang beku sehingga komitmen itu hanyalah aturan pribadi yang membatu. Pada saat dituntut untuk merealisasi komitmen kita, kita hanya pasrah, menyerah tanpa reaksi. Karena tak bisa berbuat apa-apa kita mengalami kebingungan, kegelisahan dan kebimbangan. Seakan dunia terlalu cepat menjadi malam, mencekam dan menggigit. Kita mulai berpikir. Kemana saya harus pergi? Apakah saya perlu menerima hal ini sebagai kekonyolan? Tapi tak mungkin nanti saya dianggap bodoh? Kemana tempat yang tepat untuk berpijak? Apakah saya harus kembali? Mungkin ini akan menjadi lebih konyol.
Dengan berbagai macam pertanyaan kita terus berdiskusi dengan diri kita sendiri. Kita sibuk bertanya dan mencari jawaban. Itulah kita yang hanya percaya dan berkutat dengan diri sendiri. Kita selalu punya keraguan, apabila orang lain mampu menjawab pertanyaan kita. Kita lupa bahwa Tuhan-lah orang yang tetap untuk bertanya dan sumber yang terpercaya untuk sebuah jawaban. Jika punya pilihan yakinlah bahwa itu untuk Tuhan. Jangan ragu untuk menyandarkan bahu pada Tuhan. Dia baik. Karena Dialah hidup ini kita pilih. Never Give Up (Novy W, SCMM)

Serba-serbi

Nyalakan Lilin yang telah diberkati (karena tidak ada penerangan selama 3 hari genap)
Berlutut dihadapan Salib Yesus dan berdoa kepada Allah Yang Maharahim,  Jangan keluar dan jangan biarkan orang masuk ke rumahmu . Tutup semua pintu dan jendela.
Jangan bicara kepada siapapun kecuali orang yang serumah. Jangan melihat keluar, Jangan ingin tahu karena ini adalah Murka Allah.
Hanya orang baik yang tidak akan dikuasai oleh iblis, dan akan selamat dari malapetaka, Supaya kalian mempersiapkan diri dan tetap hidup sebagai anak-anakku kuberikan tanda-tanda itu. Berdoalah rosario, sesudah tiap salam maria, katakanlah: Yesus amunilah dosa-dosa kami, hindarkanlah kami dari api neraka dan hantarkanlah jiwa-jiwa ke surga, terutama mereka  yang lebih memerlukan kerahimanmu.
Maria lindungilah kami, kami mencintaimu, selamatkanlah kami, selamatkan dunia
Sebutkanlah lima kali”Salam Ratu Suci”  dan  lima kali “saya percaya akan Allah”
Rosario adalah rahasia Hatiku yang tak bernoda Maria Perawan Terbrkati dulang tiga kali. Saya ingin semua orang beriman ke Gereja setiap Sabtu pertama dan Jumat pertama dan menerima Sakramen Tobat sehingga merasa boleh menyelamatkan dunia dari kebinasaan. Saya mengingatkan lagi bahwa setiap orang yang berdoa rosario dengan rendah hati setiap hari akan mendapat perlindungan dari surga dari  Maria Perawan Terberkati, pada saat penghukuman dan saat kematian.
Di bawah naungan Hati Keibuanku mereka akan mati  dengan tenteram dan masuk ke dunia lain. Mereka yang tidak percaya dan tidak mendengarkan akan mati
Mungkin  kita akan bertahan  hidup lewat malapetakan ini, tergantung bagaimana kebaikan kita. Manusia harus berdoa untuk tempat di surga yang ditinggalkan oleh malaikat-malaikat jahat
Kita harus memahami mengapa Allah membiarkan ini terjadi. (Ed)

 
Tajuk
Sesuatu yang sulit di pahami, penuh misteri...mungkinkah itu panggilan.
 Tepat, memang panggilan  itu  sulit. Kesulitan bukan hanlangan, kesulitan dapat dimaknakan menjadi sebuah kekuatan, yang memampukan kita mencapai impian.....
Yati
( Postulant SCMM)

 
WARTEL (WARTA KARMEL):  Moderator: Rm. John Djawa, O.Carm;   Redaksi:  Iren, Aldo, Ancis, Frengky, Fanco, Kons, Denis, Jhon, Erick, Patrick, Jairus. Willy, Yoman, Eka, Marton, Fandy, A. Ebe Os Ngani, Yoklin, Bal, Jhonter, Noven, Toing, YosKua, Yosef.
Alamat: Biara Karmel B. Dionisius, Wairklau-Maumere.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar